PEMIKIRAN MODERN DUNIA ISLAM



PEMIKIRAN MODERN DUNIA ISLAM



Dalam buku PMDI karya DR. Limas Dodi, M.Hum terdapat 11 tokoh pembaharu dalam islam yang memiliki konsep pemikiran modern untuk mewujudkan pembaharuan dalam islam. Tokoh-tokoh yang mempunyai mempunyai peran penting dalam pembaharuan tersebut antara lain :

MUHAMMAD IQBAL
DINAMISME DALAM ISLAM
Muhammad Iqbal di lahirkan tanggal 3 Dzulqaidah 1294 H/ 9 November 1877 M di Sialkot. Ayahnya bernama Muhammad Nur, seorang sufi yang shalih. Pendidikan Iqbal bermula di Scottish Mission School di Sialkot kemudian ia melanjutkan studinya ke Lahore di Government Collage. Setelah itu ia meneruskan ke Universitas Cambrige, London. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich Jerman. Pada tahun 1938 Iqbal meninggal dalam usia 62 tahun.
Dinamisme Islam
Dalam pembaharuannya Iqbal tidak berpendapat bahwa baratlah yang harus di jadikan model. Kapitalisme dan imperealisme barat tidak dapat di terima. Dalam hal menilai, barat banyak di pengaruhi oleh materialisme dan mulai meninggalkan agama. Jadi hal yang harus diambil umat islam dari barat hanyalah ilmu pengetahuan saja. Kemunduran umat islam selama 500 tahun terakhir di sebabkan karena kebekuan pemikiran.
Menurut Iqbal hukum islam sebenarnya tidak bersifat statis tapi berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah dan tidak akan tertutup. Islam pada hakikatnya dinamis dan mengajarkan tentang dinamisme. Teori dinamika Iqbal di awali dengan kesadaran bahwa kita harus bangkit dari keterpurukan.
Dalam rangka mengatasi kemunduran, Iqbal menawarkan diagnosis bahwa intelektualitas harus di benarkan sesuai dengan semangat Al-Qur’an. Selain itu Iqbal mempunyai konsep mengenai manusia ideal yang menjadi puncak tujuan tasawufnya adalah insan al-kamil atau mardi’I khudi yang berarti insan sebagai teman kerja di bumi. Kemudian Iqbal juga mengemukakan pemikiran mengenai filsafat ego, ego dinilainya sebagai poros dari segala aktivitas dan perbuatan kita yang dapat memberi tuntunan, bebas dan abadi.
Tujuan dan Karakteristik Dinamisme Islam Muhammad Iqbal
Tujuan yang ingin di capai dari pemikiran dinamisme islam adalah :
1.   Perubahan pemahaman terhadap alam atau kenyataan.
2.   Pengungkapan beberapa prinsip-prinsip islam.
3.   Mengubah pola pemikiran manusia dari statis kearah yang dinamis.
4.   Mengubah pemikiran umat islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah modern.
5.   Mengubah pemikiran agar mau membuka pintu ijtihad, karena pintu ijtihad tidak akan pernah tertutup.

MUHAMMAD ABDUH
IJTIHAD DAN MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 M / 1265 H di desa Mahallah Nasr. Ayahnya bernama Abduh Ibnu Hasan Khairillah dan ibunya bernama Junainah Binti Utsman Al-Kabir. Pendidikan Muhammad Abduh dilakukan secara privat di rumahnya tentang membaca dan menulis pada usia 10 tahun, kemudian pada tahun 1877 ia belajar pada pamannya, Syekh Darwisy Khadr dan di Tanta dan Al-Azhar. Kemudian dia diangkat menjadi dosen di Al-Azhar dan di Universitas Darul Ulum. Pada tahun 1880 M, beliau menjadi ketua redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir bernama Al-Waqa’il Mishriyah. Kemudian membuat gerakan melalui majalah bernama Al-urwah Al-Wusqa.
Ijtihad
Muhammad Abduh menekankan bahwa yang boleh melakukan ijtihad adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan intelektual. Menurut Abduh kita harus menggunakan akal supaya tidak taqlid, karena taqlid tidak bisa di tolerir terutama dalam bidang aqidah yang merupakan pondasi dalam beragama.
Abduh juga berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dari akalnya bahwa tuhan itu ada (maujud) dan mengetahui mengenai sifat-sifat tuhan. Selain itu akal juga dapat mengetahui yang baik dan yang buruk. Bahkan akal orang-orang khawas memiliki pengetahuan mengenai hari berbangkit. Meskipun keberadaan akal sangat luhur dan dapat mengetahui banyak hal, namun tetap membutuhkan wahyu untuk menyempurnakan akal.
Pendidikan
Dalam bidang pendidikan Muhammad Abduh mengarahkan pemikiran kepada empat hal yaitu tujuan, kurikulum, metode pengajaran, pemberian pendidikan terhadap wanita. Selain itu ia juga merumuskan kurikulum pendidikan dasar sampai atas antara lain :
1.   Tingkat Sekolah Dasar
a.       Membaca.
b.      Menulis.
c.       Berhitung sampai dengan tingkat tertentu.
d.      Pelajaran agama dengan bahan-bahan : aqidah menurut versi Ahl al-Sunnah, serta fikih dan akhlaq yang berkaitan dengan hal dan hara, perbuatan-perbuatan bid’ah serta bahayanya dalam masyarakat.
e.       Sejarah, yang mencakup sejarah Nabi dan para sahabat, akhlak mereka yang mulia, serta jasa mereka terhadap agama.
2.   Tingkat Menengah
a.       Manthiq atau logika dan dasar penalaran.
b.      Aqidah yang di kemukakan dengan pembuktian akal dan dalil-dalil yang pasti.
c.       Fikih dan akhlak.
d.      Sejarah islam, yang menyangkut dengan sejarah Nabi, sahabat dan penaklukan-penaklukan yang terjadi dalam beberapa abad sampai pada penaklukan kerajaan Usmaniah.
3.   Tingkat Atas
a.       Tafsir.
b.      Hadits.
c.       Bahasa arab dengan segala cabangnya.
d.      Akhlak dengan pembahasan yang terinci sebagai yang di uraikan oleh al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulu al-Din.
e.       Ushul Fikih.
f.       Sejarah yang termasuk di dalamnya sejarah Nabi dan sahabat yang di uraikan secara terinci.
g.      Retorika dan dasar-dasar berdiskusi.
h.      Ilmu kalam.

ASGHAR ALI ENGINEER
THEOLOGI PEMBEBASAN
Asghar Ali Engineer lahir pada tanggal 10 Maret 1939 di Sulumber, Rajastan, India. Ayahnya bernama Syeikh Qurban Husein. Sejak kecil, Asghar mendapatkan pendidikan dari ayahnya mengenai Bahasa Arab, Tafsir, Hadits dan Fiqh. Kemudian belajar teknik sipil di Fakultas teknik di Vikram University, Ujjain, India. Setelah lulus dari fakultas teknik Asghar mengabdi pada Bombay Municipal Corporation selama 20 tahun. Pada tahun 1977 Asghar menjadi sekretaris jenderal. Selain itu Asghar mengajar di berbagai Universitas di India dan Universitas lain di dunia.
Theologi Pembebasan
Menurut Asghar Ali islam datang dengan semangat pembebasan, tapi sepeninggal Nabi Muhammad islam kehilangan elen vitalnya. Salah satunya terlihat dalam konsep teologinya yang pada awalnya dekat dengan keadilan sosial dan ekonomi, mulai beralih ke masalah-masalah eskatologi dan masalah yang bersifat duniawi. Teologi islam kemudian berkembang dengan metode skolastik dan spekulatif. Untuk itu Asghar menyerukan semangat pembaharuan yang dilandasi keimanan. Gagasan teologi pembebasan Asghar Ali Engineer antara lain :
1.   Spirit Pembebasan Dalam Islam
Asghar merumuskan islam sebagai teori pembebasan yakni : pertama, berdasarkan pada analisis kesejarahan pembebasan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad, seperti pembebasan manusia dari penindasan dan katidakadilan. Kedua, proses pembebasan budak, kesetaraan umat manusia, kesetaraan jender, kecaman atas eksploitasi dan ketikadilan ekonomi dll.
2.   Pembebasan dari Ketidaksetaraan Manusia
Pada zaman dulu masyarakat Arab memandang rendah orang di luar kelompoknya dan perbudakan adalah sesuatu yang lazim. Al-Qur’an menegaskan bahwa sesungguhnya semua umat manusia berasal dari keturunan yang sama. Tidak ada yang lebih mulia antara satu dengan lainnya berdasarkan etnis, suku, ataupun warna kulit. Kemuliaan itu hanya bisa di capai lewat kualitas ketakwaan.
3.   Pembebasan dari Ketidakadilan Jender
Sebelum datangnya agama islam perempuan berada pada posisi yang lemah, bahkan ada yang mengubur anak perempuanya hidup-hidup karena malu. Setelah islam datang, islam memberikan hak yang sama untuk perempuan untuk mendapatkan pendidikan, hak berpolitik, hak untuk memimpin, hak untuk bekerja dan hak untuk terlibat aktif pada urusan publik.
4.   Pembebasan Ketidakadilan Ekonomi
Ketidakadilan ekonomi adalah persoalan yang paling banyak di singgung oleh Asghar Ali. Satu praktek politik yang saat itu di kecam adalah praktek riba. Menurut Asghar, riba adalah praktik eksploitasi ekonomi. Asghar belum memberi solusi yang jelas mengenai masalah perbankan tersebut.

SEYYED HOSSEIN NASR
ALAM PEMIKIRAN ISLAM TRADISIONAL DAN KRITIK ATAS DUNIA MODERN
Seyyed Hossein Nasr lahir pada tanggal 17 April 1933 di Teheran, Iran. Ayahnya bernama Seyyed Waliyullah Nasr dan ibunya terdidik dalam keluarga ulama. Nasr mendapatkan pendidikan dasar tradisional Iran, selanjutnya menempuh pendidikan di Massachusetts Institute Of Technology (MIT) dan Harvard University Amerika Serikat. Pada tahun 1958 Seyyed Hossein menjabat sebagai direktur Imperial Iranial, Academy Of Philosophy. Pemikiran Seyyed Hossein sangat kompleks dan multidimensi.
Tradisionalisme
Tradisionalisme adalah gerakan untuk mengajak kembali ke akal tradisi. Islam tradisional menerima Al-Qur’an sebagai kalam tuhan yang merupakan kebenaran dan sumber segala sesuatu.
Kritik Terhadap Modernitas
Peradaban barat telah menimbulkan multikrisis, baik krisis moral, spiritual dan krisis Kebudayaan. Hal yang paling fatal adalah percobaan manusia untuk hidup dan menafikan Tuhan, padahal Tuhan merupakan pusat dari segala sesuatu dan hanya kepadanya manusia kembali. Seharusnya yang kita lakukan adalah mengusahakan agar bagaimana iman, ilmu, dan teknologi senantiasa berjalan beriringan dan mengangkat kembali serta mengembalikan posisi kemanusiaan ke tempat semula yang lebih baik.
Pembaruan ke Arah Islam Tradisi
Pembaharuan dalam islam yakni mengembalikan islam pada kedudukanya semula yang sekarang ini sudah banyak terkontaminasi modernisasi barat yang sekuler, meninggalkan nilai-nilai Illahiah dan insaniah.
Jadi pembaruan yang dilakukan Seyyed Hossein Nasr adalah mengembalikan manusia pada asalnya sebagaimana telah dilakukan manusia dalam perjanjian suci dengan Tuhannya dari kealpaan tentang dirinya, sehingga membuat dirinya jatuh ke dalam belenggu rasionalitasnya dan meniadakan Tuhan.

MUSTAFA KEMAL ATATURK
SEKULARISME DI TURKI
Mustafa Kemal Ataturk lahir pada tahun 1934 di Salomika. Ayahnya bernama Ali Reza dan ibunya bernama Zubaede Khanin. Awal pendidikan Mustafa di madrasah, kemudian di masukkan ke sekolah modern di Salomika. Selanjutnya ia memasuki sekolah militer menengah atas. Dalam usia 14 tahun ia tamat sekolah ini dan meneruskan ke sekolah latihan militer. Pada tahun 1907 menjadi staf umum di Salomika. Mustafa Kemal kemudian di buang ke Sofia, kemudian pada tahun 1919 ia berada di wilayah Anatolia Timur. Pada tahun 1920 ia mendirikan Nasional Assembly (Dewan Nasional) di Ankara. Mustafa Kemal bergerak terus dan perlahan dapat menguasai situasi, sehingga akhirnya sekutu terpaksa mengakui mereka sebagai penguasa defacto dan dejure di Turki pada tahun 1923 di tanda tangani perjanjian Lausanne pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan internasional. Mustafa Kemal meningal dunia pada tahun 1938 di Istanbul.
Sekularisme
Sekularisme adalah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama. Terdapat tiga pola sekularisasi yaitu : pemisahan revolusioner, pemisahan konstitusional, tanpa pemisahan.
Sekularisme Mustafa Kemal
1.   Politik
Hal utama yang menonjol pada revolusi Mustafa Kemal adalah bagaimana bentuk negara yang di inginkan dan kedaulatan harus berada di tangan rakyat. Mustafa Kemal mengusulkan supaya dua fungsi yang di pegang oleh sultan Turki, yakni fungsi spiritual dan fungsi temporal di pisahkan. Maksudnya khalifah benar-benar hanya menyangkut keagamaan belaka dan tidak perlu mencampuri urusan-urusan ketatanegaraan. Pada tahun 1923 Turki menjadi negara republik. Pada tahun 1928 Mustafa Kemal memasukkan prinsip sekularisme dalam konstitusi dan tahun 1937 Turki resmi menjadi sekuler.
2.   Pendidikan dan Kebudayaan
Pada tahun 1923, Mustafa Kemal memerintahkan untuk membangun lembaga studi islam yang di beri tugas mengkaji filsafat islam dalam hubungannya dengan filsafat barat, kondisi praktis, ritual, ekonomi, penduduk muslim. Tujuannya mendidik dan mencetak serta membentuk mujtahid modern yang mampu menafsirkan Al-Qur’an agar umat islam Turki dapat memperluas wawasan dan pemahaman agama secara lebih terbuka dan lebih rasional.
Westernisasi dan sekularisasi juga dilakukan di bidang Kebudayaan dan adat-istiadat. Pada tahun 1935 warga negara Turki mempunyai hari resmi cuti yakni pada hari minggu.
3.   Kemasyarakat
Mustafa Kemal memerintahkan supaya bahasa Turki di pakai pada mimbar-mimbar masjid khotbah-khotbah jum’at. Pada adzan untuk sholat dan Al-Qur’an di terjemahkan ke dalam bahasa Turki. Selain itu Mustafa Kemal berupaya menghilangkan semua simbol-simbol dan upacara-upacara baik adat maupun keagamaan yang mencerminkan tradisionalan.

FAZLURRAHMAN
MEMBUKA PINTU IJTIHAD
Fazlurrahman lahir di Pakistan pada tahun 1919. Pendidikan formalnya dimulai dari madrasah, kemudian melanjutkan studinya di Departemen ketimuran Universitas Punjab dan melanjutkan studinya ke barat di Universitas Oxford Inggris. Kemudian ia menjabat sebagai Associate Professor Of Philosophy dalam bidang Islamic Studies di McGill University, Kanada. Pada tahun 1962, ia diangkat sebagai Direktur Institute of Islamis Research dan sebagai anggota Advisory Council of Islamic Ideology oleh pemerintah Pakistan tahun 1964. Rahman mengundurkan diri dari jabatan direktur lembaga riset islam pada September 1968 dan penasehat ideology islam turut dilepaskan tahun 1969. Rahman pun memutuskan untuk hijrah ke Chicago untuk menjabat sebagai Guru Besar dalam kajian islam dalam segala aspeknya pada Department Of Near Eastern Languages And Civilization, University Of Chicago.
Neo-Modernisme
Kemunculan gerakan neo modernis merupakan koreksi atas gerakan-gerakan sebelumnya, sekaligus menjembatani antara arus neo modernisme dan tradisionalisme. Neo modernisme mengembangkan sikap kritisnya terhadap barat maupun warisan-warisan kesejarahan sendiri. Tugas utama mengembangkan metodologi yang tepat dan logis untuk mempelajari Al-Qur’an guna mendapatkan petunjuknya. Metodologi tafsir Rahman adalah meletakkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam suatu setting sosiologisnya.
Membuka Pintu Ijtihad
Sebenarnya pintu ijtihad tidak pernah tertutup oleh siapapun juga walaupun punya otoritas yang besar dalam islam, namun suatu keadaan secara lambat laun serta pasti melanda islam, dimana seluruh kegiatan berfikir secara umumnya terhenti. Perubahan adalah suatu hal yang riil dan manusiawi, sementara itu teks-teks Al-Qur’an dan sunnah nabi bersifat permanen. Sedangkan pemikiran Rahman berorientasi progresif kontekstual.
Metologi Double Movement
Metode ini memuat dua gerakan yaitu : gerakan pertama berangkat dari situasi sekarang menuju kesituasi masa Al-Qur’an diturunkan menuju ke masa kini, yang akan mengandaikan progeresivitas pewahyuan. Inti pemikiran Rahman di atas merumuskan visi etika Al-Qur’an yang utuh sebagai perinsip umum dan menerapkan kedalam kasus-kasus khusus yang muncul pada situasi sekarang.

MOHAMMAD ARKOUN
NALAR ISLAM
Mohammad Arkoun lahir pada tanggal 1 Februari 1928 di Taourito Mimoun, Aljazair. Pendidikan Arkoun di mulai pada sekolah dasar di desa asalnya, kemudian belajar di sekolah menengah di kota pelabuhan Oran. Pada tahun 1954-1962 Arkoun melanjutkan studi di Universitas Sorbonne, Paris. Arkoun sempat bekerja sebagai agr ege bahasa dan kesusastraan arab di Paris serta mengajar di sebuah SMA (lycee) di Strasbourg (daerah perancis sebelah timur laut) dan diminta memberi kuliah di fakultas sastra Universitas Strasbourg (1956-1959). Pada tahun 1961-1969 Arkoun diangkat sebagai dosen Universitas Strasbourg, Paris. Pada tahun 1970-1972 Arkoun mengajar di Universitas Lyon dan kembali lagi ke Paris sebagai guru besar sejarah pemikiran islam di Universitas Sorbonne.
Kritik nalar islam
Arkoun mengatakan bahwa ia telah mengkaji persoalan islam dan modernitas sejak tahun 50-an. Proyek kritik nalar islami yang dikerjakan oleh Arkoun sebagai reaksi atas proyek penelitian sejarah pemikiran yang substansialis dan essensialis. Penelitian jenis terakhir ini di cirikan oleh dua postulat : pertama, pemikiran dianggap sebagai wujud yang stabil, bermakna transhistoris, disajikan sebagai makhluk mental yang tidak terikat oleh kendala bahasa, masyarakat, politik, dan ekonomi; kedua, kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari penelitian substansialis dan essensialis atas suatu pemikiran dianggap memiliki kekuatan meluruskan berulang-ulang dalam evolusi masyarakat (di berbagai tempat dan waktu).
Menurut Arkoun pendekatan ini dipraktekkan dalam pengkajiannya terhadap islam yang di beri nama islamologi terapan (al-islam al- Tatbiqi) yaitu sebuah metode yang berasal dari ramuan berbagai macam pemikiran yang berbeda untuk membangun sebuah cara satu yang saling menguatkan. Dalam metode studi ini, Arkoun merasa perlu menggunakan multi spesialisasi ilmu dan bidang nalar tidak sekedar di produksi oleh teks tapi ia juga di bentuk oleh sejarah dan lingkungan sosiologis. Alat untuk mengerjakan hal itu dengan menggunakan teori dekonstruksi dan kritik historis-antropologis.
Dekonstruksi
Menurut teori dekonstruksi teks (termasuk teks agama) merupakan simbol yang tidak mengandung makna utuh tapi menjadi arena pergulatan yang terbuka. Dekonstruksi pertama-tama dialamatkan kepada konsep wahyu yang berlanjut kepada fenomena tradisi (turats) islam dan konsep-konsep pokok lain yang berkaitan dengannya. Islam yang teguh setia membela tradisi oleh Arkoun disebut zhahirah tarikhiyyah, sebab setiap subjek ilmu memiliki otoritas. 
Kritik Historis-Antropologis
Sebuah ilmu dipastikan terkait dengan sejarah dan keadaan sosial masyarakat. Untuk itu, arkeologi harus memperlihatkan konfigurasi-konfigurasi dari bidang-bidang pengetahuan yang telah muncul yang berbeda dari pengetahuan yang empiris atau ekspisit. Arkoun menerapkan arkeologi pengetahuan faucault untuk mengomentari sistem pemikiran islam yang tertutup oleh korpus-korpus para ulama. Selanjutnya tumpukan korpus-korpus yang di produksi berdasarkan Al-Qur’an seperti : tafsir, fiqih, tasawwuf dll telah menumpuk bagaikan lapisan geologis bumi untuk menyibak kebenaran, maka lapisan tersebut harus di bongkar.

MUKTI ALI
METODE MEMAHAMI AGAMA
Pada tahun 1970-an Mukti Ali di kenal sebagai Founding Fathers Of Religion Comparatives Study telah membuktikan bahwa agama kini telah mampu di teliti secara ilmiah. Upaya yang dilakukan Mukti Ali untuk mendirikan majelis-majelis dan dialog antar agama serta wadah musyawarah antar agama berguna memelihara kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Melalui forum musyawarah di harapkan semua pihak yang berpartisipasi dalam dialog mampu menciptakan dan memelihara kerukunan dalam kehidupan antar umat beragama guna meningkatkan pembangunan bangsa.
Metodologi Studi Islam
Metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Mukti Ali mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi ajaran islam adalah metode yang digunakan. Sedangkan studi islam yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan islam. Metode studi ilmu keislaman diharapkan dapat melahirkan suatu komunitas yang mampu melakukan perbaikan intern dan ekstern.
Metode Studi Islam Mukti Ali
Dalam mempelajari studi agama, Mukti Ali memiliki beberapa metode antara lain :
1.      Pendekatan Sosio-Historis
Pendekatan ini merupakan perpaduan antara aspek sosiologi dan sejarah yang melekat di dalam penggunaannya. Dalam hal ini, Mukti Ali melihat aspek sosial pada suatu masyarakat di gunakan di dalam pendekatan studi agama. Dan aspek historis untuk melihat suatu fenomena berdasarkan sisi sejarahnya.
2.      Pendekatan Tipologi
Mukti Ali menawarkan pendekatan tipologi untuk di terapkan dalam studi islam yang mencakup 5 aspek yaitu :
a.       Aspek ketuhanan
Dalam memahami studi agama, terutama islam tentu kita harus terlebih dahulu memahami konsepsi ketuhanannya. Bagaimana sifat ketuhanan dalam islam kemudian kita bandingan dengan agama lainnya.
b.      Aspek kitab suci
Yang kedua dalam memahami studi islam tentu di butuhkan pemahaman mengenai Al-Qur’an sebagai sumber pedoman dan hukum bagi agama islam.
c.       Aspek kenabian
Dalam studi islam di butuhkan pula pemahaman mengenai sifat Muhammad sebagai Nabi dan menjadi utusan di dalam Agama islam.
d.      Aspek kondisi kejayaan nabi
Pada aspek ini di maknai sebagaimana unuk membandingan kondisi kejayaan atau turunnya seorang Nabi di suatu agama kemudian di pahami pada agama lain.
e.       Aspek orang-orang terkemuka
Hal ini di maksudkan bahwa dalam memahami studi agama, kita perlu melakukan riset terhadap orang-orang terkemuka yang terdapat di dalam agama tertentu.
3.      Pendekatan Scientific Cum Doctrine
Pendekatan ini terdiri dari dua aspek penting yaitu scientific dan doctrine. Scientific memiliki makna bersifat ilmiah dan Doctrine dipahami sebagai suatu ajaran atau doktrin. Dengan kata lain Mukti Ali ingin menerapkan metode ilmiah yang di satukan dengan doktrin atau ajaran-ajaran yang terkandung dalam suatu agama, khususnya dalam studi islam.

HARUN NASUTION
ISLAM RASIONAL
Harun Nasution lahir tangal 23 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Ayahnya bernama Abdul Jabbar Ahmad dan Ibunya keturunan ulama Mandailing. Pendidikan Harun di mulai di sekolah Belanda HIS pada usia 7 tahun lalu belajar bahasa dan ilmu pengetahuan umum di Hollansch Inlandceh School (HIS), sedangkan pendidikan agamanya di dapat dari lingkungan keluarganya. Kemudian ia melanjutkan ke Moderne Islametische Kweek school (MIK) dan melanjutkan ke Saudi Arabia kemudian ke Universitas Amerika di Kairo dan mendalami ilmu pendidikan dan ilmu sosial. Dalam dunia politik beliau mengawali karir sebagai pegawai di Departemen Dalam Negeri dan menjabat sebagai sekretaris Kedubes Indonesia di Brussel, akan tetapi beliau memutuskan untuk mundur dan kembali ke Mesir. Pada tahun 1962 Harun melanjutkan studinya di Universitas McGill Kanada. Setelah itu pada tahun 1953 ia kembali ke Indonesia dan bertugas di Departemen Luar Negeri bagian Timur Tengah. Pada tahun 1969 Harun menjadi dosen IAIN dan IKIP Jakarta dan pada Universitas Nasional sekaligus menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatulloh Jakarta.
Islam Rasional
Al-aql berarti kemampuan memahami ayat-ayat Tuhan yaitu arti religious. Sedangkan dalam bahasa Arab Al-aql yang berarti daya fikir yang memaknai otak sebagai alat ukur berfikir.  Dalam sejarah islam, mulanya berkembang pemikiran tradisional (650-1250 M), kemudian pemikiran rasional (1250-1800 M). Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti terhadap dalam Al-Qur’an dan hadist. Masa islam klasik pemikiran rasional ulama terikat pada ajaran-ajaran agama islam yang terdapat pada Al-Qur’an dan hadits oleh karena itu disebut juga pemikiran rasional agamis.
Menurut Harun perbedaan pemikiran rasional adalah kebebasan berfikir dalam memahami ajaran terikat pada arti lafzhi dari teks Al-Qur’an dan hadist dengan akal sebagai posisi tertiggi, sedangkan pemikiran tradisional terikat pada ijtihad ulama zaman klasik yang jumlahnya sangat banyak, pemikiran yang terikat pada arti lafzhi dari teks Al-Qur’an dan hadist sehingga sulit menyesuaikan dengan perkembangan modern. Pemikiran dalam islam hanya dibatasi teks qat’iy al-wurud dan qath’iy ad-dalalah, absolut benar datangnya dari Allah. Pandangan Harun Nasution mengenai landasan pembaharuan islam antara lain :
a.    Agama Rasional Landasan Pandangan Dunia dan Moral Islam
Islam adalah agama Tuhan yang tidak terbatas pada aspek material tapi juga spiritual. Islam agama yang sempurna, agama yang diridhoi Alloh. Agama merupakan sistem norma yang mengatur hubungan antar manusia sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadahan.
b.   Teologi Rasional Landasan Pembaharuan dan Pembangunan Umat
Kemajuan akan tercapai bila pemikiran umat islam maju dan bertitik tolak pada pandangan teologinya. Pandangan teologi tersebut adalah pandangan teologi nasional. Harun merujuk kepada tradisi pemikiran Mu’tazilah bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat.
c.    Masyarakat Rasional Landasan Aspirasi Sosial Politik dan Hubungan Antara Agama
Dalam usahanya menciptakan masyarakat rasional yang baik, di mulai membentuk manusia yang terdidik moralnya, hal ini merupakan langkah dasar hingga terciptanya masyarakat yang damai dan harmonis dalam menjalani pengabdiannya kepada Alloh. Lembaga agama tidak membahas soal doktriner, melainkan membahas problematika sosial seperti kenakalan remaja, kemiskinan dll.
d.   Budaya Rasional Landasan Perkembangan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Dalam pendidikan dan pengajaran, budaya tradisional yang menitik beratkan pada hafalan diganti menjadi sistem diskusi dan seminar yang memungkinkan terjadinya dialog, menumbuhkan sikap kritis dan terbuka terhadap pemikiran yang diformulasikan oleh pemikir dan intelektual islam baik klasik maupun kontemporer.

NURCHOLIS MADJID
ISLAM KONTEMPORER INDONESIA
Nurcholis Madjid lahir pada tanggal 17 Maret 1939 di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. Ayahnya bernama Haji Abdul Madjid. Nurcholis Madjid pernah nyantri di Rejoso Pesantren Darul Ulum pada tahun 1955, lalu ia melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor di Ponorogo. Kemudian Nurcholis Madjid melanjutkan studinya ke Fakultas adab UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, setelah itu ia melanjutkan studinya ke University of Chicago Amerika Serikat. Nurcholis Madjid pernah bekerja sebagai peneliti di lembaga penelitian ekonomi dan sosial dan menjadi anggota MPR selama dua periode (10 tahun) di masa pemerintahan orde baru dan anggota dewan riset Nasional dan dikenal sebagai penggagas pendirian komite independen pemantau pemilu (KIPP) dan mendirikan yayasan wakaf  Paramadina pada tahun 1986. Nurcholis Madjid meninggal dunia pada tanggal 29 Agustus 2005 akibat penyakit sirosis hati yang di deritanya.
Islam Kontemporer
Nurcholis Madjid termasuk dalam kelompok neo-modernisme. Menurutnya tantangan orang beragama yang paling berat adalah syirik. Bentuk atau corak pemikiran Nurcholis Madjid adalah dialektika antara nilai universal dari sebuah ajaran islam dengan nilai-nilai asli budaya Indonesia dan nilai-nilai kemodernan. Corak pemikiran islam Nurcholis Madjid adalah masalah kemodernan. Islam tidak hanya bertentangan dengan isu-isu modernitas tapi juga memandang nilai-nilai yang mendukung modernisasi itu sendiri, selain itu islam sendiri merupakan agama yang selalu modern. Pemikiran Nurcholis Madjid tentang proses modernisasi tidak lepas dari upaya menjinakkan atau mengadopsi nilai-nilai yang inhern dengan zaman modern, seperti rasionalisasi, sekularisasi, liberalisasi dengan ajaran islam.
Theologi
Gagasan pemikiran teologis Nurcholis Madjid tentang sikap pasrah terhadap Tuhan bertitik tolak dari pandangan kesatuan kenabian dan kesatuan kemanusiaan berangkat dari konsep ke- Maha-Esa-an Tuhan. Diketahui bahwa prinsip semua ajaran Nabi dan Rosul yang telah di bangkitkan adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Nurcholis Madjid mengingatkan sungguhnya bahwa Al-Qur’an mengajarkan kemajemukan keagamaan, tidak berarti memandang semua agama adalah sama tapi berbeda dalam banyak hal dan prinsip dan memberi pengertian terbatas masing-masing bebas menjalankam agama mereka masing-masing. Oleh karena itu kita harus saling menghormati, menghargai dan toleransi. Menurutnya sebaik-baik agama adalah al-hanafiyah al samhah yaitu mencari kebenaran yang lapang, toleransi, tidak sempit, tanpa kefanatikan dan tidak membelenggu jiwa.
Islam Agama Universal
Nurcholis Madjid mengutip pandangan –pandangan Ibnu Taimiyah mengenai inklusivisme dan universalitas islam. Islam umum merupakan agama semua Nabi dan Rosul yang di utus. Menurut Nurcholis Madjid pandangan tersebut menunjukkan universalisme dan kosmopolitanisme islam sekaligus memberikan pengakuan bahwa islam berlaku sepanjang waktu dan tempat. Islam  merupakan agama yang dimanifestasikan oleh penganutnya, wujud keislaman menjadi berbeda-beda sesuai dengan budaya dan watak manusia pemeluknya. Kebenaran dapat di temukan kepada setiap bangsa dan masa, kapan saja di mana saja. Nurcholis Madjid mengeklaim bahwa islam sebagai rahmatan lil alamin cocok untuk segala zaman dan tempat (shahih li kulli zaman wa makan).
Pluralisme
Plural adalah aturan Tuhan yang tidak mungkin berubah, di ubah dan di akhiri. Pluralisme menurut Nurcholis Madjid tidak terpecah-pecah, keanekaragaman harus di pangku dalam ikatan kewarganegaraan. Pluralisme adalah satu keharusan bagi keselamatan umat manusia. Relativisme internal tidak berarti meghilangkan kebenaran agama seseorang yang selama ini di peluknya, sebab yang di kehendaki adalah sikap keagamaan adalah al-hanafiyah al samhah yaitu mencari kebenaran yang lapang, toleransi, tidak sempit, tanpa kefanatikan dan tidak membelenggu jiwa. Hendaknya pluralitas di gunakan sebagai pangkal tolak untuk berlomba-lomba menuju kebaikan.

ABDURRAHMAN WAHID
ISLAM KOSMOPOLITAN
Abdurrahman Wahid lahir pada tanggal 7 september 1940 di Denanyar Jombang. Ayahnya bernama KH. Abdul Wahid Hasyim dan ibunya bernama Ny. Hj Sholeha. Di awal pendidikannya ia belajar membaca Al-Qur’an dan Bahasa Arab kepada ayahnya. Selain itu ia sering di kirim oleh ayahnya ke tempat William Iskandar Bueller untuk belajar sastra dan bahasa asing. Kemudian ayahnya juga mengirimnya ke Pondok Pesantren Al-Munawwir di Krapyak. Pada tahun 1957-1959 Gus Dur belajar di Pesantren Tegalrejo dan pada pertengahan tahun 1959 Gus Dur kembali ke Pesantren Tambak Beras Jombang untuk mengurusi sekolah Mu’allimat. Tahun 1963 Gus Dur belajar di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Pada tahun 1966 Gus Dur belajar di Universitas Baghdad dan pindah ke Irak. Pada tahun 1970 Gus Dur meneruskan studinya ke Belanda dan belajar di Universitas Leiden. Tahun 1971 kembali ke Indonesia dan pada tahun 1977 bergabung di Universitas Hasyim Asy’ari serta menjadi Dekan. Pada tahun 1974 Gus Dur sempat ke IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk menjadi dosen, tapi di tolak karena tidak memiliki ijazah resmi. Gus Dur meninggal pada tanggal 30 Desember 2009.
Pemikiran Gus Dur adalah mengkritik modernisme yang di universalkan dengan menggunakan tradisionalisme islam. Dalam persoalan tradisionalisme islam Gus Dur tidak perlu merujuk pada Al-Qur’an dan Hadist, tapi merujuk pada teori dalam ushul al-fiqh yang di sebut dharuriyat al khamsah (lima hal dasar yang di lindungi agama). Lima hal dasar itu adalah pertama, hifz al-din yang dimaknai Gus Dur sebagai keselamatan keyakinan agama masing-masing tanpa ada paksaan pindah agama. Kedua, hifz al-nafs yang di maknai sebagai keharusan keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan hukum. Ketiga, hifz al-aql yakni pemeliharaan atas kecerdasan akal. Keempat, hifz al-nasl yakni keselamatan keluarga dan keturunan.Kelima, hifz al-mal yakni keselamatan hak milik. Menurut Gus Dur universalisme islam tercermin dalam ajaran-ajarannya yang mempunyai kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang di buktikan dengan memberikan perlindungan kepada masyarakat dari kezaliman dan kewenang-wenangan.
Kosmopolitanisme Islam
Kosmopolitanisme islam sudah terjadi sejak masa-masa awal perkembangan islam. Hal ini di buktikan dengan ketersediaan islam untuk berinteraksi dan menyerap unsur-unsur lain di luarnya. Bagi Gus Dur dalam kosmopolitanisme peradaban islam muncul sejumlah unsur dominan, seperti hilangnya batasan etnis, kuatnya pluralitas budaya, heterogenitas politik dan kehidupan beragama yang elektrik selama berabad-abad. Kerangka untuk membangun budaya kosmopolitan harus di mulai dari dalam dunia pendidikan islam, maka dalam proses melaksanaan pendidikan harus menghilangkan batasan etnis serta penanamana nilai-nilai ajaran universal agama dalam rangka memperoleh output yang memiliki wawasan yang luas sehingga menghasilkan suatu budaya kosmopolitan dalam tatanan dunia global. Kosmopolitan islam adalah pandangan yang mengakui perlunya reformulasi pandangan substansial dari peradaban yang ada, kerangka institusional. Moral, spiritual, dan etika sosial untuk merespons hak-hak dasar universal, menghormati agama, ideologi dan kultural lain serta menyerap sisi positif yang ditawarkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum kosmopolitanisme merupakan harapan ideal tentang warga dunia tanpa perbatasan.

Komentar